- Apel pagi di lingkungan DPPAD Prov.Papua
- Penguatan Implementasi Regulasi Kawasan Tanpa Rokok di Kab/Kota.
- Peletakan Batu Bangunan Ruangan Kelas SMP YPK Betlehem, Keerom - Papua
- Pengadaan Pakaian Dinas Keki (PSH) DPPAD Papua
- Rapat Koordinasi Teknis Kadis PPAD dengan Pejabat Eselon III dan IV
- Seminar Nasional Revitalisasi Pendidikan Vokasi dan Pelatihan
- Layanan Perpustakaan Keliling Menggapai Siswa SD Negeri 1 dan 2 Hamadi
- Orientasi dan Pelaksanaan Model Sekolah/Madrasah Sehat
- Pelantikan Pengurus Daerah Gerakan Pemasyarakatan Minat Baca Kab. Yahukimo
- Peninjauan langsung ke Ruangan Baca, Ruangan Koleksi Pustaka dan Ruangan Kerja
Nyanyikan Anti Putin, Personel Pussy Riot Dibui

Keterangan Gambar : Pussy Riot
Rusia - Pengadilan Rusia memvonis penjara dua tahun personel band Pussy Riot karena menyanyikan lagu anti Presiden Vladimir Putin.
Pengadilan menetapkan tiga anggota band itu bersalah melakukan 'hooliganisme' dengan motivasi agama.
Hakim Marina Syrova mengatakan para anggota band "secara berhati-hati merencanakan" nyanyian mereka tanggal 21 Februari lalu di dalam katedral di Moskow. "Tolokonnikova, Alyokhina dan Samutsevich melakukan "hooliganisme" -- dengan kata lain pelanggaran berat ketertiban umum," kata Syrova.
"Pengadilan menyatakan mereka bersalah. Pengadilan meraih putusan berdasarkan kesaksian terdakwa sendiri dan bukti lain," tambahnya.
Jaksa menuntut hukuman tiga tahun penjara atas tiga anggota band itu.
Para pendukung band itu melakukan protes di sejumlah tempat di Moskow. Keamanan ketat pun diterapkan dan sejumlah jalan ditutup.
Pussy Riot mengecam kasus tersebut yang mereka katakan diorganisir Putin.
Buat Marah Gereja
Sejumah selebriti termasuk bintang pop Amerika, Madonna, menyerukan agar mereka dibebaskan.
Ketiga anggota band itu mengatakan "doa punk" mereka adalah tindak politik untuk memprotes gereja ortodoks Rusia yang mendukung Presiden Putin.
Dalam penampilan seronok mereka di dekat altar mereka meminta Bunda Maria untuk "menggeser Putin".
Nyanyian mereka membuat marah gereja Ortodoks dan ketua gereka Kirill menyebutkan penampilan itu sama saja dengan penghujatan agama. Namun sejumlah warga Rusia menganggap kasus itu sebagai upaya pemerintah membungkam kritikan.
